Senin, 23 Mei 2011

PENDIDIKAN KARAKTER GURU


1)      Kenapa bagi Guru
Salah satu pengertian guru adalah Gu kegelapan Ru adalah kecerahan. Jadi bisa disimpulkan bahwa guru adalah penerang dalam kegelapan .  Guru sebagai agen of change dimana guru bisa mengubah karakter bangsa apakah bangsa itu akan  berubah menjadi baik atau pun bisa berubah sebaliknya. Sebab guru merupakan ujung tombak yang langsung berhubungan dengan siswa sebagai   sumber daya manusia yang akan memimpin bangsa di masa yang akan datang. Guru merupakan sosok yang bisa digugu dan ditiru maka ada istilah guru kencing berdiri siswa kencing berlari. Kita bisa memaknainya dengan apa yang dilakukan oleh seorang guru akan berpengaruh pada siswanya. Tidak dipungkiri bahwa yang turut menentukan prilaku siswa tidak hanya guru namun banyak penyebabnya antara lain adalah: keluarga, lingkungan,pendidikan dan masyarakat pada umumnya.
Guru merupakan sebuah propesi yang harus memiliki semua aspek kehidupan baik agama, moral, social, budaya, kepribadian, pengetahuan dan masih banyak lagi. Kesemuanya akan terangkum pada diri seorang guru. Maka dari itu sudah sangat jelas bahwa pendidikan karakter yang utama harus dimiliki dan di implementasikan  dahulu oleh seorang guru, sebab guru merupakan agent of change dalam segala hal.
2)      Karakter mendasar yang harus dimiliki guru
 Karakter mendasar yang harus di miliki oleh seorang guru adalah:
1.      Beriman,
2.      Sabar,
3.      Jujur,
4.      Disiplin,
5.      Optimis,
6.      Gembira,
7.      Kerja keras,
8.      Rendah hati,
9.      Selalu berpikiran positif,dll.
3)      Guru Profesional
Menurut permendiknas no 16 tahun 2007 tentang kompetensi guru.  Disebutkan bahwa seorang guru professional adalah guru yang memiliki 4 kompetensi yaitu : kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional.
Guru harus bisa merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai da mengevaluasi pembelajaran dan hasil belajar. Harus mampu mengkondisikandan menempatkan siswa tanpa harus membeda-bedakan agama/suku/ras/kondisi . harus menguasai teori-teori belajar, melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran.
Guru harus memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan norma agama, social, budaya  dan aturan-aturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Seorang guru harus mampu menampilkan sosok yang bisa digugu dan ditiru dalam hal-hal kebaikan.
Seorang guru harus dapat melakukan komunikasi secara baik, efektif efisien dengan siswa, rekan sejawat, orang tua siswa dan masyarakat secara umumnya.
Maka seorang guru yang professional adalah guru yang  mampu mengaplikasikan ke 4 kompetensi ( pedagogic, kepribadian, social dan professional) dalam keguruan dan kehidupannya sehari-hari.
4)      Metode pendidikan paling utama.
Banyak metode yang harus dikembangkan oleh guru profesional yang tentu saja  berkarakter  antara lain: CTL, Kooperatif Learning, Think pairs share, PPP, Inquiry, Problem solving dll. Namun ada satu metode yang harus terus dilakukan seorang guru dari jaman dahulu sampai kapanpun yaitu metode Sauri tauladan guru, dengan menerapkan system pembiasaan bagi siswa, sehingga tertanam dihati sanubari siswa bahwa menjadi seorang individu itu harus memiliki karakter luar biasa baiknya.
Kalau sudah begitu  maka pendidikan karakter bangsa yang diinginkan oleh Pemerintah akan mudah tercapai. Seorang guru harus memiliki karakter yang luar biasa untuk menghasilkan siswa yang luarbiasa hebatnya. Berdasarkan pada kemauan, kerjakeras dan optimis seorang guru maka mutu pendidikan pun akan mudah diraih.

E2C DALAM PROSES PEMBELAJARAN


Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah  pasal 1 ; standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah  mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil belajar dan pengawasan proses pembelajaran .
Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa pada tahap pelaksanaan pembelajaran; pendahuluan – inti – penutup,  khususnya dalam tahapan inti harus mencakup E2C (Exploration, Elaboration,  and Confirmation). Untuk lebih mudahnya memahami apa yang dimaksud dengan E2C tersebut maka kita harus paham betul apa yang dimaksud dengan eksplorasi.     exploration (eksplorasi) adalah tahapan dimana guru berusaha untuk  menggali pengetahuan peserta didik seluas mungkin dengan menggunakan berbagai pendekatan, metode dan media tentu saja dengan memanfaatkan lingkungan sekitarnya.  Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, peserta didik dengan sumber belajar yang tentu saja semuanya melibatkan peserta didik secara aktif pada setiap proses pembelajarannya, tidak lupa peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan percobaan-percobaan baik di laoratorium, studio maupun lapangan lainnya.
Elaboration (elaborasi) merupakan proses menguraikan atau memperluas pengetahuan peserta didik yang tentu saja dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, menganalisa, memecahkan masalah secara individu  maupun berkelompok dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara kooferatif dan kolaboratif, berkompetisi secara sehat, juga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyajikan hasil karyanya baik berupa hasil diskusi, pameran, festival, turnamen yang kesemuanya itu bisa dilakukan secara perorangan maupun berkelompok dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri  atau kebanggaan peserta didik serta tentu saja hasil prestasi belajar yang lebih baik.
Confirmation (konfimasi)  adalah suatu kegiatan yang berupa penegasan dari proses belajar yang tengah dilakukan bisa berupa umpan balik secara lisan atau tulisan dari hasil eksplorasi dan elaborasi melalui berbagai sumber dalam memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.
Berdasarkan ketentuan diatas maka seorang guru harus selalu mengupayakan sebuah proses pembelajaran yang senantiasa melibatkan peserta didik, pengelolaan kelas diperlukan saat guru menyajikan pembelajaran tersebut, bisa dimulai dengan  sapaan kecil dengan menggunakan bahasa yang baik pula, mengatur tempat duduk peserta didik dengan selalu memperhatikan keragaman pengetahuannya, dan tidak lupa  selalu memperhatikan kerapihan dan kedisiplinan peserta didik.
Banyak hal yang harus senantiasa dipersiapkan seorang guru dalam menghantarkan peserta didiknya untuk menjadi seorang pribadi yang berkualitas; yang mampu mempertahankan hidup dengan memecahkan permasalahan  hidupnya.  Diawali dengan pembuatan perencanaan pembelajaran dengan mempersiapkan berbagai hal yang menyertai proses pembelajaran sehingga pembelajaran tersebut menjadi menyenangkan baik bagi peserta didiknya maupun bagi gurunya sendiri. Sebab apabila kondisi pembelajaran sudah menyenangkan maka semua rencana yang telah dipersiapkan akan dapat tercapai dengan mudah dan efektif.
Dalam penggunaan  bahan ajar, metode, serta segala hal yang berhubungan dengan pembelajaran,   guru harus mampu mengimplementasikan E2C dalam setiap proses pembelajarannya.  Pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching Learning, Cooperative learning, PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatip dan Menyenangkan) yang telah dan sering dilaksanakan merupakan proses pembelajaran yang mengimplementasikan E2C dalam setiap proses pembelajaannya, maka Permendiknas no 41 tahun 2007 sudah sering dilaksanakan oleh guru.
Melalui kajian Permendiknas no 41 tahun 2007 tersebut diatas yang sudah sering dilaksanakan oleh sebagian besar guru, kita berharap Semoga pendidikan akan selalu meningkat seiring dengan perkembangan jaman dan harapan pemerintah serta  harapan  masyarakat  pada umumnya.semoga!

Kamis, 19 Mei 2011

LESSON STUDY


Sudah Banyak terdengar tentang Lesson study, ada yang baru tahu, ada yang baru kenal sedikit-sedikit serta adapula  yang sudah melaksanakannya dan mengambil berbagai manfaat dari Lesson Study baik bagi peningkatan ke 4 kompetenssi guru maupun peningkatan muatu siswa dengan ditandai adanya peningkatan nilai proses dan hasil belajar.

Lesson study adalah belajar dari proses pembelajaran, Lesson study bukan merupakan suatu pendekatan pembelajaraan atau pun model pembelajaran, namun Lesson study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolabioratif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
Lesson study dilakukan secara kolaboratif dan berkenajutan karena dilakukan secara bersama-sama oleh seorang/sekelompok orang guru baik dari yang memiliki latar belakang pengetahuan (mata pelajaran) yang sama  maupun satu kelompok mata pelajaran ataupun berlainan latar belakang mata pelajaran, semua bisa melakukan lesson study. Lesson study dilakukan berdasarkan prinsip kolegalitas dan mutual learning karena dilakukan oleh guru yang sama-sama ingin memperbaiki proses pembelajaran agar mutu pembelajaran lebih baik  serta hasil belajar siswa pun akan meningkat pula.

Cara melaksanakan Lesson study adalah dengan mmelaksanakan 3 tahapan yaitu: Plan (perencanaan), Do (pelaksanaan), dan See (refleksi).
Plan (perencanaan) memiliki 3 fase: Analisis permasalahan pembelajaran, rancangan pembelajaran yang berpusat pada siswa, pembuatan dan pengembangan lembar kerja siswa dan evaluasi dan uji coba teaching materials.
Do dan See dilakukan dalam satu kali pertemuan (model pembelajaran, open lesson, dan observasi), pada tahap observasi lebih focus pada aktivitas siswa. Bukan pada aktivitas guru secara langsung.  Kemudian yang menjadi guru model pada saat open class adalah guru yang benar-benar mengajar di kelas tersebut. Kepala sekolah berperan sebagai pemberi fasilitas, menghadiri, dan memandu diskusi pasca  kegiatan open class dan observasi. Pengawas melakukan suvervisi. Dengan fasilitartor bertugas member arahan bila diperlukan dan melaporka kegiatan kepada pihak dinas ataupun pihak-pihak yang memerlukannya.

Manfaat lesson study : 1) bagi siswa adalah meningkatnya kualitas pembelajaran, 2) bagi guru adalah guru bisa menghasilkan karya tulis dalam bentuk jurnal maupun laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas), guru lebih kreatif menggunakan model–model pembelajaran. 3) bagi sekolah; tersedianya  guru yang berkualitas dengan senantiasa mengkaji pembelajaran dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran dengan harapan meningkatkan mutuu pembelajaran dan hasil belajar siswa.

DOMPET KERESAHAN MENJADI ALTERNATIP MENINGKATKAN DAYA KONSENTRASI BELAJAR SISWA


Seorang guru yang perduli terhadap hasil belajar siswanya pada setiap akhir pertemuan merupakan langkah yang harus dimiliki atau strategi yang mutlak dimiliki oleh seorang pendidik, karena suatu stategi tersebut merupakan salah satu pengelolaan kelas (classroom management) yang harus di kuasai oleh seorang guru.

Sesuai dengan harapan pemerintah dalam Undang-Undang Guru dan Dosen no 14 tahun 2005  Serta berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses pendidikan., Permendiknas No 16 tahun2007 Dinama seorang guru yang sudah disebut guru professional adalah guru yang telah memiliki 4 kompetensi yaitu: pedagogik, professional, pribadi dan sosial, serta mampu menerapkannya dalam proses pembelajaran sehari-hari sesuai dengan keprofesionalalannya masing-masing sehingga seluruh proses pembelajaran senantiasa terjadi dengan proses pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan.

Banyak hal yang dapat dilakukan seorang guru dalam menyajikan proses pembelajaran . Salah satu strategi yang telah dilakukan penulis ketika seorang guru dihadapkan dengan kondisi siswa yang sudah kelihatan tidak perhatian atau sudah mulai resah pada saat pembelajaran berlangsung maka guru tersebut harus menghentikan dulu atau merubah strategi yang sedang dipakai dengan mencoba menghilangkan dulu kepenatan /kebosanan/kegelisahan murid-muridnya.

Berdasarkan   pengalaman penuklis yang telah dianggap berhasil karena dengan diterapkannya strategi baru bagi penulis, para siswa kembali pokus dengan jangka waktu yang relative lama hinga akhir pelajaran berakhir dan itu di uji cobakan pada 6 kelas parallel. Penulis sebut strategi tersebut dengan DOMPET KERESAHAN. Kenapa penulis sebut DOMPET KERESAHAN? Karena pada saat itu terjadi, penulis hanya menggunakan dompet sebagai sarana untuk menampung semua keresahan yang dimiliki oleh siswa.

Adapun cara menyajikan stategi tersebut adalah  penulis meminta semua siswa untuk menuliskan pada secarik kertas kecil untuk menuliskan semua keresahan yang tengah dihadapi oleh siswa pada saat itu, sehingga mengganggu konsentrasi belajar, lalu semua siswa menuliskan keresahan-keresahan yang mereka alami,  setelah itu  penulis meminta siswa untuk untuk meremas kertas tersebut sekencang-kencangnya dan mengumpulkannya pada dompet yang sudah penulis siapkan, lalu penulis menunjukan kepada semua siswa bahwa semua keresahan yang mereka tuliskan sudah ditampung disuatu tempat untuk kemudian disepakati untuk dikunci rapat-rapat agar tidak kembali menghampiri siswa, maka penulispun menutup resleting dompet tersebut tanpa membukanya lalu apa yang terjadi dari reaksi siswa? Mereka tertawa dan sepakat untuk melanjutkan pembelajaran kembali tanpa beban sampai materi selesai dan begitu dilakukan evaluasi maka nilai siswa pun cukup baik.
Kemudian isi Dompet Keresahan itu Penulis baca, ternyata isinya berbagai macam antara lain: lapar, haus, pacar, takut dimarahin orang tua, takut sama guru, materi membosankan, ngantuk ingat janji dll. Kemudian penulis uji cobakan juga strategi tersebut pada kelas-kelas penulis namun yang elum menggunakan strategi tersebut dan ternyata hamper di ke enam kelas parallel yang penulis ajar semuanya terjadi peningkatan daya konsentrasi tanpa paksaan sama sekali. Dan hasil tes proses belajar hari itupun meningkat terutama pada tingkat motivasi siswa belajar.
Nah rekan-rekan guru, dari pengalaman keseharian penulis yang berusaha untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan,  salah satunya adalah dengan pengelolaan kelas yang penulis beri nama DOMPET KERESAHAN maka strategi ini bisa dijadikan salah satu cara untuk menumbuhkan kembali semangat belajar yang sempat terganggu oleh berbagai keresahan yang di alami oleh siswa.